Punya tiga anak dengan jarak yang cukup berdekatan memang sebuah tantangan besar. Mereka memang terlihat sangat lucu dan menggemaskan kalau lagi diam dan akur. Tapi gak mungkin kan, anak kecil gak saling bertengkar rebutan mainan dan nangis bareng-bareng. Kalau sudah begini memang harus sabar sesabar sabarnya. Minum air putih yang banyak biar gak dehidrasi, hahahaha.
Urusan rebutan mainan bagi saya jadi hal yang paling sepele dari segala macam kekacauan mengurus anak. Yang cukup ribet adalah ketika ketiga anak ini sakit silih berganti atau bahkan sakit bersamaan. Kalau sakitnya gantian masih agak ringanlah karena hanya mengurus satu anak saja yang sakit. Tapi kalau sudah tiga-tiganya yang sakit, benar-benar butuh tenaga ekstra.
Mengurus Anak Sakit Ketika Sendirian
Pernah suatu saat suami sedang pergi ke Jakarta untuk seminar 3 hari dengan teman kantornya. Saat suami pergi, semua anak-anak dalam keadaan sehat. Kebutuhan rumah lengkap semua, saya pikir semua akan baik-baik saja selama tiga hari itu.
Qodarullah, anak pertama kami saat pulang sekolah mengeluh jarinya ada bulatan air. Mirip seperti kulit melepuh. Saya pikir itu bukan masalah serius. Tapi saat saya cek suhu tubuhnya, ternyata di atas suhu normal.
Bayangin deh saat itu saya sendirian. Paling kecil si anak ketiga masih 4 bulanan, masih ASI eksklusif dan saat itu saya masih pumping per dua jam. Anak kedua juga masih dua tahun, okelah masih kondusif karena dia sudah gak menyusui dan bisa disogok makanan agar tetap tenang.
Saya sempat agak panik karena saya sendirian dan suami baru akan pulang besok harinya. Itu pun sampai rumah dijadwalkan sore hari. Saya khawatir ini cacar air tapi berusaha menyangkal kalau bukan cacar air, paling juga alergi, hehehe. Untuk memastikan penyakit anak saya itu memang harus pergi ke dokter terdekat. Kalau ada suami sih hanya butuh 10 menit untuk sampai ke dokter langganan. Tapi kali ini saya sendirian, mau ke dokter terdekat kok ya malas amat bawa bayi-bayi ini. Memang sih ada mertua yang bisa diminta tolong kapan saja. Tapi saya memilih untuk gak merepotkan dulu. Saya cari solusi sendiri.
Solusi Ketika Gak Bisa Ke Dokter Terdekat
Paling mudah saat itu memang konsultasi dengan dokter menggunakan aplikasi kesehatan. Salah satu aplikasi kesehatan andalan saya adalah Halodoc. Dari awal pakai saya suka sekali dengan aplikasi ini, karena mudah dan juga lengkap.
Lanjut cerita tadi, akhirnya saya memilih dokter yang saat itu tersedia di Halodoc. Dokter meminta saya untuk mengirim foto jari dan leher anak saya yang ada bulir airnya.
Ternyata benar itu cacar air. Tentu saja saya sangat khawatir saat itu juga. Cacar air penyakit yang mudah menular. Belum lagi saya dan dua bayi lainnya belum kena cacar air, resiko besar untuk ketularan.
Setelah dinyatakan oleh dokter kalau anak pertama kami terkena cacar air, dokter langsung meresepkan obat. Untuk meresepkan obat, dokter biasanya bertanya berat badan dan usia anak untuk mengetahui dosis yang tepat. Enaknya lagi obat yang diresepkan ini langsung dikirim ke rumah loh. Saya gak perlu repot-repot antri di apotek untuk mengambil obat. Cukup tunggu di rumah sambil mengurus anak. Gak lama setelah saya pesan, obat tersebut datang dan anak kami bisa langsung minum obat saat itu juga.
Efek dari penanganan cacar air yang cepat ini, bulatan cacar air di tubuh anak pertama kami gak terlalu banyak. Bisa dibilang cukup minim. Karena saya sendiri jeda dua minggu pasca anak pertama kami sembuh juga kena cacar air. Dan lebih banyak cacarnya dibanding anak pertama, karena telat menyadari kalau sudah ada gejala cacar air.
Di saat yang bersamaan saat saya masih sakit dua adiknya juga ikutan kena cacar air. Bersyukur saat itu suami sudah pulang ke rumah. Jadi saya memilih untuk pergi ke dokter terdekat untuk memeriksakan dua bayi sekaligus.
Benar-benar ini pengalaman yang seru, hihihi. Ya kalau dipikir-pikir memang saya sempat agak panik, karena saat itu sendirian dan gak bisa pergi ke mana-mana. Tapi Alhamdulillah semua terlewati dengan baik. Anak-anak sehat kembali dan aplikasi Halodoc menjadi applikasi inti yang gak boleh hilang dari ponsel kami.
Kalau kalian punya pengalaman mengurus anak sendirian ketika sakit?